LAPORAN EKOLOGI
TUMBUHAN
“ALLELOPATI”

DISUSUN OLEH:
Voni Mauliana
F16112007
Kelompok 4
Pendidikan
Biologi Reguler B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ALLELOPATI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang
merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung
substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha
mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman
kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Semua jenis tanaman hidup
mempunyai kebutuhan yang hamper sama, mereka memerlukan sinar matahari, air,
unsur hara untuk pertumbuhan dan jika memerlukan ruangan sebagai tempat hidupnya.
Dengan adanya kesamaan keperluan hidup tersebut dalam keadaan tertentu terjadi
persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya dan ruangan. Untuk mengetahui
pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang hijau maka dilakukan
percobaan allelopati.
B.
Masalah
1. Bagaimana
pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau?
2.
Apa perbedaan perlakuan pada
perkecambahan kacang hijau yang diberikan ekstrak allelopati yang berbeda (akar
ilalang, daun akasia, bawang putih) ?
3.
Apakah terdapat perbedaan pada perkecambah
kacang hijau yang diberikan zat allelopati ekstrak akar ilalang, daun akasia
dan bawang putih dengan konsentrasi yang berbeda (0M, 1:7 M, 1:14 M, dan 1:21
M) ?
C.
Tujuan
Mempelajari
pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau dengan perlakuan
pemberian ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak akar ilalang, akasia dan bawang
putih serta pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda yaitu 0 M, 1:7 M, 1:14
M dan 1:21 M.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tumbuhan
dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di
bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum
diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai
pertahanan terhadap herbivora dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap
senyawa alelokimia dari tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan,
pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi
akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar (Sukman, 1991).
Dalam
persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang
berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder
karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan (Odum, 1998).
Menurut Mc.Naughton
and Wolf (1990; 132 ) menyatakan bahwa “Allelopati dapat meningkatkan
agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa
spp, dan Acacia mangium, dsb.
Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa
allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan
sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat
respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim. (Naughton,
1992).
Fenomena
alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan,antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme .Interaksi tersebut
meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu
senyawa kimia yang dibentuk oleh suatu organisme (tumbuhan, hewan atau
mikrobia) terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme lain. Senyawa kimia
yang berperan dalam mekanisme itu disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia
bersifat selektif, yaitu berpengaruh terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain
(Hay, R.K. M dan Fitter. 1991).
Zat-zat kimia atau bahan organik
yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan penghasilnya ke lingkungan
tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui serasah yang telah
jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang oleh air hujan,
melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan eksudasi melalui
akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan yang mengeluarkan
zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya Adenostena fasciculatum, Eucalyptus
globules, Camelina alyssum, Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat
allelopathy melalui perakaran misalnya gandum, gandum hitam, dan apel,
sedangkan yang mengeluarkan zat Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens
(Setyowati, 1999).
Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang
berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin
akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi
dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling
memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis.
Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan
jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan
mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan
ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan
kacang hijau (Phaseolus radiates) dan jagung (Zea mays). (Tetelay, 2003)
BAB II
METODE PENELITIAN
A.
Waktu
Pelaksanaan
Waktu : 11 November 2014 – 20 November
2014
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Tanjungpura
B.
Alat dan Bahan
No
|
Nama
Alat
|
No
|
Nama
Bahan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Cawan
Petri
Kertas
Saring
Corong
Penyaring
Blender
Mortar
dan Alu
Kertas
Merang
Pisau/gunting
Penggaris/benang
meteran
Labu
Ukur
Pipet
Tetes
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Akuades
Akar
Ilalang
Umbi
Bawang Putih
Daun
Akasia
Biji
Kacang Hijau
|
C.
Cara Kerja
1. Dipilih
biji kacang hijau yang baik
2. 4
cawan petridish disiapkan yang telah diberi kertas merang
3. Ekstrak
akar ilalang, akasia dan bawang putih dibuat dengan cara sebagai berikut:
a. Dihaluskan
bagian tumbuhan diatas dengan blender, mortar dan aluatau digunting halus
b. Dibuat
ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan akuades dengan
perbandingan sebagai berikut:
a) Bagian
tumbuhan dan air (1:7)
b) Bagian
tumbuhan dan air (1:14)
c) Bagian
tumbuhan dan air (1:21)
Dibiarkan selama 24
jam, lalu saring dengan menggunakan alat penyaring. Ini adalah larutan ekstrak
yang akan digunakan sebagai perlukaan.
4. Diletakkan
masing-masing 10 biji kacang hijau kedalam petridish
5. Dilakukan
perlakuan pada kacang hijau sebagai berikut:
a. Petridish
dengan kacang hijau + 5 ml akuades
b. Petridish
dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak ilalang
a) Ekstrak
perbandingan (1:7)
b) Ekstrak
perbandingan (1:14)
c) Ekstrak
perbandingan (1:21)
Diulangi hal yang sama
dengan menggunakan ekstrak akasia dan bawang putih
c. Petridish
dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akasia
d. Petridish
dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih
Dibuat ulangan sebanyak
3 kali
6. Diamati
perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan diamati
pertumbuhan kecambahnya dengan mengukur panjang kecambah
7. Ditentukan
persen perkecambahan
8. Dibandingkan
hasil pengamatan dengan menggunakan RAL dan RAL factorial.
BAB III
ANALISIS DATA
A. Hasil
Pengamatan
1. Tabel
Rata-rata Tiap Ulangan
Faktor B
|
Ulangan
|
Konsentrasi
|
Total A
|
|||
Kontrol
|
(1:7)
|
(1 : 14)
|
(1 : 21)
|
|||
Bawang
|
1
|
3.4
|
1
|
2
|
0.9
|
7.3
|
2
|
2.9
|
2.3
|
1.4
|
1.3
|
7.9
|
|
3
|
2.5
|
1.5
|
1
|
1
|
6
|
|
∑
|
8.8
|
4.8
|
4.4
|
3.2
|
||
Akasia
|
1
|
3.8
|
4
|
3.1
|
7.14
|
18.04
|
2
|
2.2
|
1.28
|
2
|
1
|
6.48
|
|
3
|
3.5
|
2
|
1.9
|
6.4
|
13.8
|
|
∑
|
9.5
|
7.28
|
7
|
14.54
|
||
Ilalang
|
1
|
3.3
|
1
|
1.8
|
0.9
|
7
|
2
|
1.8
|
0.9
|
1
|
1
|
4.7
|
|
3
|
2
|
0.5
|
1.4
|
1.9
|
5.8
|
|
∑
|
7.1
|
2.4
|
4.2
|
3.8
|
||
Total B
|
25.4
|
14.48
|
15.6
|
21.54
|
77.02
|
2. Tabel
Jumlah Tiap Ekstrak
Faktor B
|
Konsentrasi
|
Total A
|
|||
Kontrol
|
(1 : 7)
|
(1 : 14)
|
(1 : 21)
|
||
Bawang
|
8.8
|
4.8
|
4.4
|
3.2
|
21.2
|
Akasia
|
9.5
|
7.28
|
7
|
14.54
|
38.32
|
Ilalang
|
7.1
|
2.4
|
4.2
|
3.8
|
17.5
|
Total B
|
25.4
|
14.48
|
15.6
|
21.54
|
77.02
|
3. Tabel
ANOVA
C
|
164,78
|
SSY
|
99,89
|
SAB
|
457,2
|
SSA
|
20,56
|
SSB
|
8,79
|
SSAB
|
427,85
|
SSE
|
-357,31
|
Source
|
df
|
SS
|
MS
|
F-test
|
Konsentrasi
|
3
|
20,56
|
6,85
|
-0,46
|
Ekstrak
|
2
|
8,79
|
4,39
|
-0,29
|
Kons*Ekst
|
12
|
427,85
|
35,65
|
-2,39
|
Eksp. Error
|
24
|
-357,31
|
-14,88
|
|
Total
|
35
|
99,89
|
B. Pembahasan
Praktikum allelopati ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh allelopati terhadap perkacambahan kacang hijau dengan pengamatan
menggunakan ekstrak bawang, akasia dan ilalang dengan masing-masing perlakuan
tersebut dibuat konsentrasi yang berbeda-beda yaitu control, 1:7, 1:14 dan
1:21, konsentrasi yang berbeda ini dibuat untuk menentukan pengaruh pertumbuhan
perkecambahan dengan perlakuan dan konsentrasi yang berbedam dengan waktu
pengamatan selama 1 minggu.
Allelopati merupakan produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang
merugikan tanaman lain. Allelopati ini juga merupakan peristiwa yang terjadi karena adanya pengaruh jelek dari
zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan
pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis
yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena
menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama.
Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat
keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya
alelopat dalam peristiwa alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada
pembelahan sel, pangambilan mineral, resppirasi, penutupan stomata, sintesis
protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah
berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar.
Jenis yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid,
dan alkaloid. Bagian tumbuhan yang dibuat sebagai ekstrak allelopati yaitu
bagian akar dari ilalang, bawang putih dan daun akasia karena pada bagian
inilah alelopat sering dikeluarkan pada alang-alang dan akasia (Resosoedarmo.2006)
Berdasarkan hasil pengamatan, pada media
ekstrak bawang putih dengan 3 kali pengulangan dan 3 konsentrasi yang berbeda
yaitu, pada ekstrak bawang putih dengan konsentrasi kontrol, 1:7, 1:14 dan 1:21
masing-masing rata-rata tinggi tanaman kecambah kacang hijau yaitu 8,8 cm; 4,8
cm; 4,4 cm dan 3,2 cm. selanjutnya pada media yang kedua yaitu pada ekstrak
daun akasia dengan 3 kali pengulangan dan 3 konsentrasi yang berbeda juga yaitu
kontrol, 1:7, 1:14 dan 1:21 didapatkan masing-masing rata-rata tinggi tanaman
kecambah kacang hijau yaitu 9,5 cm; 7,3 cm; 7 cm; dan 14,5 cm. dan yang
terakhir yaitu pada media ekstrak ilalang dengan 3 kali pengulangan dan 3
konsentrasi yang berbeda yaitu 1:7, 1:14 dan 1:21 didapatkan masing-masing
rata-rata tinggi tanaman kecambah kacang hijau yaitu 7,1 cm; 2,4 cm; 4,2 cm dan
3,8 cm. dengan data tersebut maka didapatkan rata-rata tinggi tanaman pada
media ekstrak bawang putih, ekstrak akasia dan ekstrak ilalang pada perlakuan
control yaitu 25,4 cm, pada konsentrasi 1:7 yaitu 14 cm, pada konsentrasi 1:14
yaitu 15,6 cm dan pada konsentrasi 1:21 yaitu 21,54 cm. berdasarkan data
tersebut maka dapat dinyatakan bahwa semakin besar konsentrasi yang diberikan,
maka semakin besar pengaruh pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat
terlihat dari rendahnya tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan
rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
Senyawa
alelokimia yang terkandung pada bawang putih, akasia dan ilalang terbukti dapat
bekerja menggangu proses fotosintesis
dan pembelahan sel, yang menyebabkan terganggunya segala aktivitas metabolisme
berupa penghambatan penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan
tanaman, respirasi, sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel
dan menghambat aktivitas enzim dalam tanaman kacang hijau.
Penekanan
pertumbuhan dan perkembangan kacang hijau pada ekstrak bawang putih, akasia dan
ilalang ditandai dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar,
perubahan warna daun (Dari hijau normal menjadi kekuning-kuningan atau
kecoklatan) serta bengkaknya akar. Pertumbuhan rambut akar juga terganggu,
dengan melihat fenomena ini maka allelokimia yang berasal dari bawang putih,
akasia dan ilalang yang bekerja mengganggu proses fotosintesis atau proses
pembelahan sel. Sedangkan pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik
morfologi daun, panjang akar dan batang. (Djamal 2007).
Hasi
pengamatan tersebut ketika diuji dengan menggunakan table ANOVA dengan 4
perlakuan (control, 1:7, 1:14 dan 1:21) dan 3 faktor (bawang putih, akasia dan
ilalang) dengan 3 kali pengulanga, sehingga percobaan ini diuji dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial karena menggunakan 3 faktor. Dari
pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada Ftest
konsentrasi – 0,46 < F tab 3,01 maka
tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak Ho (tidak ada Pengaruh pertumbuhan
kecambah dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda) yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan pertumbuhn tinggi kecambah kacang hijau pada pemberian
konsentrasi alelopati yang berbeda. Sedangkan untuk penujian ekstraknya dapat
disimpulkan bahwa Ftest ekstrak -0,29 <
F tab 3,01 maka tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak Ho (tidak ada
Pengaruh pertumbuhan kecambah dengan menggunakan ekstrak yang berbeda) yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau
pada pemberian ekstrak alelopati yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya
gangguan dari spesies lain (tikus) pada saat penyimpanan percobaan
dilaboratorium.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Allelopati
ini juga merupakan peristiwa yang terjadi karena
adanya pengaruh jelek dari zat kimia (alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan
tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di
sekitarnya.
2. Rata-rata tinggi tanaman pada media ekstrak bawang putih, ekstrak
akasia dan ekstrak ilalang pada perlakuan control yaitu 25,4 cm, pada
konsentrasi 1:7 yaitu 14 cm, pada konsentrasi 1:14 yaitu 15,6 cm dan pada
konsentrasi 1:21 yaitu 21,54 cm.
3. semakin besar konsentrasi yang diberikan, maka semakin besar
pengaruh pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat dari
rendahnya tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan rendahnya tinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
4. Senyawa alelokimia yang terkandung
pada bawang putih, akasia dan ilalang terbukti dapat bekerja menggangu proses fotosintesis dan pembelahan
sel, yang menyebabkan terganggunya segala aktivitas metabolisme berupa
penghambatan penyerapan hara, pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman,
respirasi, sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan
menghambat aktivitas enzim dalam tanaman kacang hijau.
5. pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh
normal, baik morfologi daun, panjang akar dan batang
6. Hasi pengamatan tersebut ketika
diuji dengan menggunakan table ANOVA Rancangan Acak Lengkap Faktorial karena
menggunakan 3 faktor.
7. Ftest
konsentrasi – 0,46 < F tab 3,01 maka
tidak mempunyai cukup bukti untuk menolak Ho (tidak ada Pengaruh pertumbuhan
kecambah dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda) yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan pertumbuhn tinggi kecambah kacang hijau pada pemberian konsentrasi
alelopati yang berbeda.
8. Ftest
ekstrak -0,29 < F tab 3,01 maka tidak
mempunyai cukup bukti untuk menolak Ho (tidak ada Pengaruh pertumbuhan kecambah
dengan menggunakan ekstrak yang berbeda) yang berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau pada pemberian ekstrak
alelopati yang berbeda.
9. adanya
gangguan dari spesies lain (tikus) pada saat penyimpanan percobaan
dilaboratorium sehingga data yang didapat tidak akurat.
B. Saran
Dalam
percobaan ini sebaiknya dalam waktu pengamatan dilakukan pengamatan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, sehingga data yang didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal Irwan, Zoer’aini. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi
Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya.
Jakarta: Bumi Aksara
Hay, R.K. M dan Fitter. 1991. Fisiologi
Lingkungan Tanaman. Yogyakarta :
Gadjah Mada
University Press .
Odum,
1998. Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Rineka Cipta
S.J. MC. Naughton, Larry L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah
Universitas
Press
Tetelay,
Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia
mangium wild terhadap
Perkecambahan Benih Kacang
Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea mays). (Online). (http://www.
geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc. diakses pada
tanggal 25 Desember 2014)
Resosoedarmo, S., K.
Kartawinata, A. Soegiarto. 2006. Pengantar Ekologi. Bandung:
Remadja Rosdakarya.
Setyowati dan Yuniarti (1999). Efikasi allelopati teki formulasi cairan
terhadap gulma.
Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesi. (online) (http://www.jurnal@indonesia.co.id, diakses pada
tanggal 27 Desember 2014)
Sukman, Y., & Yakub. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers
Terima kasih kak postingan nya,
BalasHapusIya Sama" ^_^
Hapus