LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
TUMBUHAN
“METODE JALUR
(TRANSEK)”
DISUSUN OLEH:
Voni Mauliana
F16112007
Kelompok 4
Pendidikan
Biologi Reguler B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
METODE JALUR
(TRANSEK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan
belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau
transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi
menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat
memotong garis topografi. Transek merupakan garis sampling yang ditarik
menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Ukurannya tregantung
pada beberapa kondisi. Transek
bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan
serta untuk mengetahui hubungan vegeterasi yang ada disuatu lahan secara cepat.
B. Masalah
Latar belakang diatas
telah dijelaskan mengenai metode jalur (transek), berdasarkan latar belakang
tersebut, maka dapat memuat masalah yaitu bagaimana mengetahui komposisi
tumbuhan pada suatu daerah atau pada suatu area tertentu?
C. Tujuan
Berdasarkan masalah
diatas, maka dapat disimpulkan tujuan praktikum metode jalur (transek) ini
yaitu mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah atau pada suatu area
tertentu.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Transek
adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki. Tujuannya
adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan,
atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.
Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan semakin
pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m.
sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m.
Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis
yang digunakan cukup 1 m (Ramazas, 2012).
Menurut
Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik
menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat
dipakai dalam studi altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada
(Heddy, 1996).
Transek adalah jalur sempit meintang lahan yang akan dipelajari/
diselidiki. Metode Transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan
vegetasi dan perubahan lingkungan serta untuk mengetahui hubungan vegeterasi
yang ada disuatu lahan secara cepat (Odum, 1993).
Pada
metode garis ini, sistem analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan,
dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang penutupan garis yang
terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada
setiap garis yang disebar (Ali, 2008)
1. Line
transect (transek garis)
Dalam metode ini
garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada
garis dicatat jenisnya dan beberapa kali dijumpai.
2. Belt
transect (transek sabuk)
Belt transect
merupakan jalur vegetasi yang lebar nya sama dan sangat panjang. Lebar jalur
ditentukan oleh sifat – sifat
vegetasinya untuk menunjukan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk
hutan antara 1-10 m, transek 1 m digunakan jika semak dan tunas dibawah
dilakukan, tetap apabila hanya pohon-pohonnya yang dewasa di petakkan itu
merupakan transek yang baik 10 m. Panjang transek tergantung pada tujuan
penelitian, dimana setiap segmennya dipelajari vegetasinya (Soerianegara, 1998).
Untuk
mengetahui keanekaragaman vegetasi di
areal hutan dapat digunakan indeks Shannon_Wienner. Formula yang digunakan
untuk melihat indeks keragaman Shannon_Wienner adalah:
D = - ∑ Pi ( Log e Pi)
I = 1
D
= Indeks Shannon_Wienner
Pi =
Kelimpahan relatif dari spesies ke-I
Ni
= Jumlah individu spesies ke-I
Nt =
Jumlah total untuk semua individu
Hasil
pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Nilai kerapatan,
Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, Dominasi, Dominasi Relatif,
dan Indeks Shannon_Wienner dimaknai dengan mengkaitkannya terhadap pengolahan
dan kelesterian hasil hutan (Michael,
1997).
BAB II
METODE
PENELITIAN
A. Waktu Pelaksanaan
Waktu : Sabtu, 8 November 2014
Tempat :
Hutan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak
B. Alat dan Bahan
No
|
Nama
Alat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Meteran
Pancang
Tali
Plastik
Kantong
Plastik
Label
Termometer
Soil
Termometer
Soil
Moisture meter
|
C. Cara Kerja
1.
Pertama
kali dibuat transek sepanjang 100m dengan menggunakan tali plastik.
2.
Kemudian
pada setiap 20 m dibuat plot kuadrat dengan ukuran 10 x 10 m
3.
Untuk
pohon yang diukur adalah : jenis spesies, DBH(diameter breast high), tinggi
pohon dan cover.
4.
Untuk
sampling dibuat plot dengan ukuran 5 x 10 m didalam plot ukuran 10 x 10 m atau
atau dengan membagi plot tersebut.
5.
Untuk
seedling dibuat plot dengan ukuran 1 x 1 m dalam plot 5 x 10 m.
6.
Untuk
sampling dan seedling diukur diameter jenis tanaman dan jumlahnya.
7.
Jika
nama tumbuhan dikenal harus diambil contoh tanaman tersebut dan dimasukan
kedalam kantong plastik besar untuk dibuat herbarium dan diidentifikasi.
8.
Dianalisa
data yang diperoleh.
BAB III
ANALISIS DATA
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel
1 : Nilai Analisa Kuantitatif Semai
Setiap Plot.
No
|
Spesies
|
£
IND
|
£ PLOT
|
KM
|
KR (%)
|
FM
|
FR (%)
|
INP (%)
|
INP sp/ INP
total
|
Log INP sp/
INP total
|
H sp.
|
1
|
Nephrolepis acutifolia
|
5
|
4
|
1
|
4,23
|
1
|
40
|
44,23
|
0,22
|
-0,6
|
Kelimpahan
rendah
|
2
|
Nephrolepis biserrata
|
104
|
4
|
20,8
|
89,27
|
1
|
40
|
129,27
|
0,64
|
-0,2
|
Kelimpahan
rendah
|
3
|
Piper bettle
|
6
|
2
|
1,5
|
6,44
|
0,5
|
20
|
26,44
|
0,13
|
-0,9
|
Kelimpahan
rendah
|
2. Tabel
2 : Nilai Analisa Kuantitatif Pancang
Setiap Plot.
No
|
Spesies
|
£
IND
|
£ PLOT
|
KM
|
KR (%)
|
FM
|
FR (%)
|
INP (%)
|
INP sp/ INP
total
|
Log
INP sp/ INP
total
|
H sp.
|
1
|
Stenoclaena palustris
|
99
|
4
|
16,5
|
40
|
0,5
|
14
|
54
|
0,27
|
-0,56
|
Kelimpahan
rendah
|
2
|
Pandanus utilitis
|
16
|
2
|
2,66
|
6,46
|
0,33
|
9,45
|
15,91
|
0,08
|
-1,09
|
Kelimpahan
rendah
|
3
|
Caladium sp.
|
4
|
1
|
0,66
|
1,6
|
0,16
|
4,58
|
6,18
|
0,03
|
-1,5
|
Kelimpahan
rendah
|
4
|
Vitex pinata
|
3
|
2
|
0,5
|
1,21
|
0,33
|
9,45
|
10,66
|
0,053
|
-1,27
|
Kelimpahan
rendah
|
3.
Tabel
3 : Nilai Analisa Kuantitatif Tiang Setiap Plot
No
|
Spesies
|
£
IND
|
£ PLOT
|
KM
|
KR (%)
|
FM
|
FR (%)
|
INP (%)
|
INP sp/ INP total
|
Log
INP sp/ INP total
|
H
sp.
|
1
|
Ficus elastica
|
46
|
6
|
7,66
|
66,8
|
0,83
|
39
|
105,8
|
0,53
|
-0,29
|
Kelimpahan
rendah
|
2
|
Livistona sp.
|
1
|
1
|
0,16
|
1,3
|
0,16
|
7,5
|
8,8
|
0,04
|
-1,39
|
Kelimpahan
rendah
|
3
|
Peltophorum pterocarpur
|
2
|
1
|
0,33
|
2,8
|
0,16
|
7,5
|
10,3
|
0,05
|
-1,3
|
Kelimpahan
rendah
|
4
|
Alpinia galanga
|
2
|
1
|
0,33
|
2,8
|
0,16
|
7,5
|
10,3
|
0,05
|
-1,3
|
Kelimpahan
rendah
|
4.
Tabel
4 : Nilai Analisa Kuantitatif Pohon
Setiap Plot.
No
|
Spesies
|
£
IND
|
£ PLOT
|
KM
|
KR (%)
|
FM
|
FR (%)
|
INP (%)
|
INP sp/ INP total
|
Log
INP sp/ INP total
|
H
sp.
|
1
|
Durio sp.
|
3
|
1
|
0,50
|
6
|
0,16
|
6,90
|
12,90
|
0,06
|
-1,19
|
Kelimpahan
rendah
|
2
|
Ficus elastica
|
35
|
6
|
5,83
|
70
|
1
|
43,10
|
113,10
|
0,57
|
-0,25
|
Kelimpahan
rendah
|
3
|
Niphelium lappaceum
|
11
|
6
|
1,83
|
22
|
1
|
43,10
|
65,10
|
0,33
|
-0,49
|
Kelimpahan
rendah
|
B. Pembahasan
Praktikum
metode transek bertujuan untuk mengetahui komposisi tumbuhan pada suatu daerah
atau pada suatu area tertentu. Menurut Oosting (1956), menyatakan
bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah
bentukkan atau beberapa bentukan. Transek juga dapat dipakai dalam studi
altituide dan mengetahui perubahan komunitas yang ada (Heddy, 1996).
Untuk mengetahui komposisi berdasarkan hal tersebut,
maka dibuatlah jalur trek sepanjang 100 m, yang kemudian jalur tersebut
dibentuk plot-plot lebih kecil berukuran 20x20 m di sisi kanan dan kirinya. Di
dalam setiap plot tersebut, dibuat lagi plot dengan ukuran yang lebih kecil.
Plot dengan ukuran 2x2 m untuk mengidntifikasi semai, plot ukuran 5x5 m, untuk
mengidentifikasi pancang, plot dengan ukuran 10x10 m untuk mengidentifikasi
tiang, sedangakan untuk mengidentifikasi pohon pada plot 20x20 m (pada semua
plot-plot kecil tersebut). Pengamatan dilakukan pada empat level tumbuhan, yaitu semai,
pancang, tiang dan pohon didapatkan 14 spesies yaitu pada semai Nephrolepis acutifolia, Nephrolepis
biserrata, Piper bettle. Pada pancang terdapat Stenoclaena palustris, Pandanus utilities, Caladium sp, Vitex piñata. Pada tiang terdapat Ficus elastic, Livistona sp, Peltophorum pterocarpur, Alpinia galangal.
Dan pada pohon terdapat Durio sp,
Ficus elastic, dan Niphelium lappaceum.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada tingkat semai diperoleh tiga jenis tumbuhan dengan INP
yang paling tinggi adalah Nephrolepis
biserrata yakni sebesar 129,27 %. Dari hasil analisa kuantitatif pada
level pancang spesies yang lebih
mendominasi adalah Pandanus
utilitis dengan nilai INP
sebesar 15,91
% . Pada level tiang, spesies yang mendominasi adalah Ficus elastica dengan
nilai INP sebesar 105,8 % . Kemudian
pada level pohon tumbuhan yang mendominasi juga sama yaitu Ficus elastica dengan nilai INP sebesar 113,10 % .
Dari
data-data yang didapat, dapat terlihat komposisi tumbuhan yang banyak tumbuh
pada hutan tersebut.
Keanekaragaman tumbuhan di setiap plotnya berbeda-beda,
hal ini dipengaruhi oleh daya dukung tumbuh disetiap tumbuhan tersebut.
Daya dukung ini dapat berupa faktor abiotik seperti suhu, cahaya matahari,
curah hujan serta kelembaban pada daerah hutan. kondisi abiotik seperti suhu
udara , suhu tanah dan juga pH tanah. Suhu udara di setiap plot berkisar antara
26-290C, sedangkan suhu tanahnya berkisar 26-270C dan pH
tanahnya 4-6. Pengaruh keanekaragaman tanaman di hutan ini juga erat kaitannya
dengan kondisi tanah ini, kondisi asam dapat menyebabkan banyak tumbuhan tidak
dapat hidup dengan baik bahkan tidak dapat hidup sama sekali.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Transek merupakan garis sampling yang
ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.
2.
Pengamatan dilakukan pada empat level tumbuhan, yaitu semai,
pancang, tiang dan pohon serta
didapatkan 14 spesies
3.
Pada semai terdapat Nephrolepis acutifolia, Nephrolepis
biserrata, Piper bettle. Pada pancang terdapat Stenoclaena palustris, Pandanus utilities, Caladium sp, Vitex piñata. Pada tiang terdapat Ficus elastic, Livistona sp, Peltophorum pterocarpur, Alpinia galangal.
Dan pada pohon terdapat Durio sp,
Ficus elastic, dan Niphelium lappaceum.
4.
Tingkat semai diperoleh INP yang paling
tinggi adalah Nephrolepis biserrata yakni
sebesar 129,27 %. Pada level pancang spesies
yang lebih mendominasi adalah Pandanus
utilitis dengan nilai INP
sebesar 15,91
%. Pada level
tiang, spesies yang mendominasi adalah Ficus
elastica dengan nilai INP sebesar 105,8 %. Kemudian pada level pohon
tumbuhan yang mendominasi juga sama yaitu Ficus elastica dengan nilai INP sebesar 113,10 %.
5.
Suhu udara di setiap plot berkisar
antara 26-290C, sedangkan suhu tanahnya berkisar 26-270C
dan pH tanahnya 4-6.
B. Saran
Dalam praktikum transek
ini sebaiknya diperlukan alat yang lengkap dan dalam mengukur jalur harus lebih
tepat lagi dalam penggunaan kompasnya sehingga tidak akan terjadi hambatan
dalam melakukan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Iqbal. 2008. Analisis Vegetasi 1.
(online). (http://iqbalali.wordpress.com, diakses
29 Desember 2014)
Ramzahas. 2012. Analisa
Vegetasi. (online). (http://www.nakertrans.go. id/ statistik_trans /INFO%20
lainnya/A.php,
diakses 29 Desember 2014)
Heddy, S dan Kurniati, M. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Michael, P. 1997. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan
Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI-Press.
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: UGMP
Oosting.
1956. The Study Of Plant Community.
London: Freeman and Company
Soerianegara 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bandung: Laboratorium
Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar